Sunyi
Disini aku sendiri
Tubuhku lunglai tak berdaya
Tatapanku kosong entah kemana
Angin berhembus lirih melewatiku
Sejenak berbisik
"Mengapa kau sendiri?"
Aku diam
Aku tak mampu bicara
Titik air jatuh dari mataku
Seketika begitu hening
Daun-daun diam berserakan di beranda
Pohon-pohon tak mau menari lagi
Hilang riang yang kuharapkan
Di kesunyian malam aku tenggelam
Ke dalam sepi
Jatuh membusuk sendiri
Sekali lagi
Aku
Tak berarti
15 September 2015
Rabu, 16 September 2015
Minggu, 03 Mei 2015
Pagi
Pagi hinggap ketika malam hampir habis
Embun melekat disetiap daun di hutan
Lautan sepi
Surga bagi para pencari sunyi
Kita duduk tak bersebelahan
Tapi aku tahu kita saling merindukan
Tak cukup kurangkai kata pada malam
Tak habis kutulis nada pada siang
Hanya hatiku yang terlalu sepi
Pada pagi yang begitu sunyi.
Awal Mei, 2015
Embun melekat disetiap daun di hutan
Lautan sepi
Surga bagi para pencari sunyi
Kita duduk tak bersebelahan
Tapi aku tahu kita saling merindukan
Tak cukup kurangkai kata pada malam
Tak habis kutulis nada pada siang
Hanya hatiku yang terlalu sepi
Pada pagi yang begitu sunyi.
Awal Mei, 2015
Sejak
Sejak senja yang merah dan camar yang pulang kerumah.
Aku mencintaimu...
Sejak gerimis yang bening dan pelangi yang kuning.
Aku mencintaimu...
Sejak langit biru dan kemudian berubah jadi sendu.
Aku mencintaimu...
Sejak malam yang muram dan sunyi dipenuhi kelam.
Aku mencintaimu...
Entah sejak kapan lagi aku mencintaimu.
Aku lupa.
Malam Mei 2015
Aku mencintaimu...
Sejak gerimis yang bening dan pelangi yang kuning.
Aku mencintaimu...
Sejak langit biru dan kemudian berubah jadi sendu.
Aku mencintaimu...
Sejak malam yang muram dan sunyi dipenuhi kelam.
Aku mencintaimu...
Entah sejak kapan lagi aku mencintaimu.
Aku lupa.
Malam Mei 2015
Asap
Ruangan itu terasa pemgap.
Bukan karena rindu yang hinggap, tapi karena dipenuhi asap.
Seorang lelaki duduk dipojok dengan kopi yang hampir dingin.
Hitam yang terlihat muram.
Tapi tak mampu menyaingi malam.
sunyi yang sepi.
Sendu karena rindu.
Semuanya bercampur dan tak mampu kabur.
Sudah daritadi duduk, tapi tak ada kepala yang mengangguk.
Dingin yang menyelinap dari jendela dengan kaca bening.
Titik-titik air hinggap dan tak mampu berpaling.
Indah memang.
Tapi tak menyenangkan.
Sendiri.
Sedaritadi asap yang terbang tinggi.
Dan rindu yang semakin berani.
Menuduk hati.
Asap.
Pengap.
Tak ada rindu yang hinggap.
Pagi Mei 2015
Bukan karena rindu yang hinggap, tapi karena dipenuhi asap.
Seorang lelaki duduk dipojok dengan kopi yang hampir dingin.
Hitam yang terlihat muram.
Tapi tak mampu menyaingi malam.
sunyi yang sepi.
Sendu karena rindu.
Semuanya bercampur dan tak mampu kabur.
Sudah daritadi duduk, tapi tak ada kepala yang mengangguk.
Dingin yang menyelinap dari jendela dengan kaca bening.
Titik-titik air hinggap dan tak mampu berpaling.
Indah memang.
Tapi tak menyenangkan.
Sendiri.
Sedaritadi asap yang terbang tinggi.
Dan rindu yang semakin berani.
Menuduk hati.
Asap.
Pengap.
Tak ada rindu yang hinggap.
Pagi Mei 2015
Rabu, 15 April 2015
Sajak Malam
Malam
dan Rasa
Malam terlalu muram
Tapi tak menghilangkan kenangan
Aku meraba setiap jengal jarimu
Dan kau pun meraih dan menggenggamku
Aku merindu
Pada malam yang menghadirkan terang
Kau kurindu
Untuk bisa duduk bersamaku
Dalam dingin kita berbincang
Tentang harapan yang kita semogakan
Selalu berjalan berdua
Untuk rasa yang berselimut asa
(08 April 2015)
Sajak pagi
Embun pagi
Tak terasa matahari meninggi
Mimpiku masih tergantung di angan-angan
Hanya ada setitik embun
Mengalir dari dahan rindu yang tinggi
Lalu rinduku merasa malu
Semakin ranum ku pandang
Kadang ia merasa takut
Kala berpapasan dengan mimpinya
Embunku terus mengalir
Pohon rinduku meninggi
Menjulang ke atas
Menerobos langit realita
Kau yang disana
Aku rindu kamu..
(September,
2014)
Curhat :)
Dari Mas yang disini
Untuk Mba yang disana
Sudah sering kali kamu berkata
kepadaku tentang sabar dan pengertian dalam sebuah hubungan. Bahkan dalam
setiap perbincangan kamu selalu berbicara tentang itu semua.
Aku mencoba menuruti apa yang kamu
mau, apa yang kamu inginkan, tetapi kamu selalu berlaku seenaknya sendiri. Kamu
jadikan kesibukan kamu sebagai alasan agar aku mengalah. Setega itukah kamu?
Atau aku memang tak begitu penting untuk hidupmu?
Semua pertanyaan itu selalu hadir
setiap kali aku sendirian. Tak ada kamu yang menemani, hanya sepi yang berbelas
kasihan kepadaku dan sedikit menghiburku sebagai pendengar setia curhatku.
Dimana kamu yang selalu berkata
sabar dan pengertian? Apakah pengertian menurutmu adalah mengerti kamu yang
terlalu sibuk dengan urusan kamu sendiri tanpa adanya sedikit pengertian dari
kamu untukku? Apakah sabar menurutmu adalah menunggu kamu sibuk dengan urusan
kamu dan mengesampingkan rindu yang ada?
Aku disini masih menunggumu
Masih berharap kau ada dan meredakan rindu dihatiku
(Januari, 2015)
Langganan:
Postingan (Atom)