Minggu, 03 Mei 2015

Asap

Ruangan itu terasa pemgap.
Bukan karena rindu yang hinggap, tapi karena dipenuhi asap.
Seorang lelaki duduk dipojok dengan kopi yang hampir dingin.
Hitam yang terlihat muram.
Tapi tak mampu menyaingi malam.
sunyi yang sepi.
Sendu karena rindu.
Semuanya bercampur dan tak mampu kabur.
Sudah daritadi duduk, tapi tak ada kepala yang mengangguk.
Dingin yang menyelinap dari jendela dengan kaca bening.
Titik-titik air hinggap dan tak mampu berpaling.
Indah memang.
Tapi tak menyenangkan.
Sendiri.
Sedaritadi asap yang terbang tinggi.
Dan rindu yang semakin berani.
Menuduk hati.
Asap.
Pengap.
Tak ada rindu yang hinggap.

Pagi Mei 2015

Tidak ada komentar:

Posting Komentar