Minggu, 03 Mei 2015

Pagi

Pagi hinggap ketika malam hampir habis
Embun melekat disetiap daun di hutan
Lautan sepi
Surga bagi para pencari sunyi
Kita duduk tak bersebelahan
Tapi aku tahu kita saling merindukan
Tak cukup kurangkai kata pada malam
Tak habis kutulis nada pada siang
Hanya hatiku yang terlalu sepi
Pada pagi yang begitu sunyi.

Awal Mei, 2015

Sejak

Sejak senja yang merah dan camar yang pulang kerumah.
Aku mencintaimu...
Sejak gerimis yang bening dan pelangi yang kuning.
Aku mencintaimu...
Sejak langit biru dan kemudian berubah jadi sendu.
Aku mencintaimu...
Sejak malam yang muram dan sunyi dipenuhi kelam.
Aku mencintaimu...
Entah sejak kapan lagi aku mencintaimu.
Aku lupa.

Malam Mei 2015

Asap

Ruangan itu terasa pemgap.
Bukan karena rindu yang hinggap, tapi karena dipenuhi asap.
Seorang lelaki duduk dipojok dengan kopi yang hampir dingin.
Hitam yang terlihat muram.
Tapi tak mampu menyaingi malam.
sunyi yang sepi.
Sendu karena rindu.
Semuanya bercampur dan tak mampu kabur.
Sudah daritadi duduk, tapi tak ada kepala yang mengangguk.
Dingin yang menyelinap dari jendela dengan kaca bening.
Titik-titik air hinggap dan tak mampu berpaling.
Indah memang.
Tapi tak menyenangkan.
Sendiri.
Sedaritadi asap yang terbang tinggi.
Dan rindu yang semakin berani.
Menuduk hati.
Asap.
Pengap.
Tak ada rindu yang hinggap.

Pagi Mei 2015