Minggu, 16 November 2014

Kelam



Ada yang meneteskan air mata ketika orang lain tertawa. Hamparan kenangan yang menyeruak diantara peluh yang berlomba menetes. Pada gelap, aku menitipkan semua rasaku. Sedih senang, aku tak tahu. Semuanya sama, karena hanya sepi yang berbeda.
Aku enggan mengarahkan pandangan mataku pada setiap kenangan tentang dirimu. Bagiku, lebih baik menatap senja yang merekah dengan burung-burung yang beranjak pulang menuju sarang. Untuk apa menatap kenangan? Untuk menjamu kelam? Ataukah untuk menjadi gelap? Semuanya sudah aku lalui tanpa harus aku menatap kenangan.
Sakit adalah perasaan yang paling sering hadir didalam hatiku. Taukah kamu? Hanya dengan mengingatmu, aku bisa meresapi kelam yang merasuk dalam hatiku. Sepertinya hatiku memang berjodoh dengan kelam.
Kau adalah orang yang paling aku sayangi, tapi disisi lain kau adalah orang paling sering membuatku merasa kesakitan.
Bintang masih menggantung ditengah semesta
Kelam perlahan menyelinap dari sela-sela hati yang berlubang
Aku diam
Aku sakit
Tapi kau bahagia...

(31 Oktober 2014)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar